Minggu, 29 September 2013

Memilih Bertahan

Dua kepala, ya dua pemikiran yang berbeda juga.
Mau disamain, nggak akan semudah ngomongin.
Gimanapun, pasti ada perbedaan pikiran, nggak akan sama banget.

Kadang, ada setan lewat dan berkata “beda karakter, beda kelakuan, beda keinginan, apa yang bisa dipertahankan? Udah putus saja,biar lebih aman, nggak kepikiran.”
tapi  jauh dari dia, nggak cuma ninggalin jejak buat kita. Tapi keluarga juga. Apa yang mau kita jawab kalau Ayah tanya “Kemana ‘dia’ udah gak pernah kerumah?!”, Atau Ibu bilang ”Mau sampe kapan ganti-ganti pacar?”. Gitu

Simpel sih, jawab aja apa adanya. Kenapa nggak bisa dilanjutin, hidup, kita kok yang jalanin. Tapi....
Kalau masih bisa bertahan, kenapa pilih untuk selesai?!

Mengalah untuk meminta maaf walau nggak terlalu salah. Bukan berarti kita bodoh. Tapi lebih agar hubungan tetap baik-baik aja. Menerima atau memilih dia sebagai pasangan, berarti menerima konsekuensinya juga, kan? Tapi jangan terlalu memaksakan, apapun perasaannya, makan hati itu ya tetep aja nggak enak.

Mengiyakan apa yang dia katakan. Bisa jadi ini adalah salah satu cara untuk mempertahankan dia, walau nggak sesuai dengan apa yang terjadi, tapi iya-kan saja dulu apa yang dia bilang. Jangan banyak nyela, takut akhirnya putus juga. Simpan dulu saja apa yang ingin kita bilang atau sangkal, bilang diwaktu yang tepat. Kalau sudah sama-sama dingin, mungkin dia juga sadar, siapa yang salah. (kalau sadar)

Tetap sabar dan tersenyum. Meng-iyakan apa yang dia bilang itu membutuhkan kesabaran. gak apa-apa, itung-itung belajar. Dan salah satu bentuk sabar, ya senyum. Setelah dia selesai dengan apa yang dia katakan, senyum, dan peluk, katakan maaf dan sayang, katakan betapa kita terlalu ingin mempertahankannya.

Sekian
Thanks For Reading
@snvita