Senin, 03 April 2017

Tuhan, tolong bantu gadis ini..

Saya kenal seorang gadis selama berpuluh tahun,
Ia seorang gadis yang ceria dan punya banyak teman.
Semasa remaja keresahannya hanya sebatas cinta.

Ia gadis riang sebelum akhirnya ia meragukan sesuatu.
Bukan, ia bukan meragukan jenis kelaminnya.
Ia hanya meragukan hal yang paling dasar dalam kehidupannya.

Ia sering bertanya, apakah Tuhan menyayanginya sedangkan Tuhan Maha Penyayang.
Lalu ia bertanya, apakah Tuhan pilih-pilih kalau menyayangi hambaNya.
padahal ia tau Tuhan Maha Penyayang.

 ia tidak tahu harus bagaimana.
Ia tidak punya tempat bercerita dan berkeluh kesah kecuali pada Tuhannya.
Pertanyaannya terus bergulir hingga apakah Tuhan selama ini "ada" untuk mendengarkan keluhannya?!
padahal ia tau ketika ia meragukan Tuhannya, itu termasuk dosa.

Jadi apakah ia memupuk dosa dari keraguannya akan kecintaan Tuhan padanya?!

Tuhan, tolong maafkan gadis ini.
Tuhan, tolong beri gadis ini petunjuk.
Tuhan tolong bantu gadis ini.
Tolong Bantu saya...

Jumat, 04 November 2016

Mencintai sesama, A la Vita :D



Saya punya teman, seorang Nasrani taat. Kami cukup dekat karena selama SMA kami selalu satu kelas. Bahkan  saat kelas 3 kami berdua sebangku.

Perbedaan agama tak membuat kami renggang. Malah, kami berdua sering saling membantu. Dulu setelah pelajaran pendidikan agama islam, ada pelajaran lain, kalau tidak salah, bahasa indonesia atau matematika. Ia tidak mengikuti pelajaran PAI, tapi ia selalu memilih untuk diam di kelas, dan saya ingat betul, kalau saya lupa tidak mengerjakan PR, ia membantu mengerjakan PR saya ketika saya sibuk belajar PAI. Hahaha.. 

Menurut saya, saling menyayangi dan peduli sesama manusia tidak hanya di lihat apa agamanya.saya percaya Tuhan itu satu hanya kepercayaan dan cara beribadah serta tempat beribadahnya saja yang berbeda.
Agama bukan penghalang kami untuk berbagi. Kami berdua dulu sering berbagi makanan, berbagi cerita, berbagi aspirasi. Saya sering bercerita bagaimana itu puasa, ngaji, dan dia pun sama, ia bercerita bagaimana cara dia beribadah, dan bagaimana kesibukan ia menjelang natal-karena dia aktif di gereja.

Tapi tidak ada hasrat dari kami berdua untuk saling mempengaruhi atau menyela cara beribadah dari masing-masing. Saya suka antar dia cari guru agamannya. Saya tidak berani ajak dia main saat-saat menjelang natal atau hari keagamaanya yang lain. Sama dengan saya, dia tidak pernah berani ajak jalan ketika menjelang lebaran karena tau sibuknya, bahkan dia tidak berani makan didepan saya ketika saya puasa, padahal menurut saya hal itu tidak perlu. Dia makan apapun kalau saya emang kuat saya gak akan tergoda, kok. Kalaupun saya tergoda untuk buka, itu bukan salahnya, tapi salah saya yang tidak bisa menahan diri.

Ketika saya main ke asrama dia, tidak ada satupun yang bertanya kenapa ada umat Rosulullah SAW datang ke tempat mereka. Pakai kerudung pula. Ketika dia datang ke rumah sayapun begitu. Orangtua saya tidak pernah bertanya kenapa ada seorang penganut agama lain datang ke rumah kami. Saya datang ke tempatnya, ia beri saya minuman. Dia datang ke rumah saya, kami juga melakukan hal yang sama. Tidak pernah ada gesekan diantara kami.

Saat pertama kali bertemu seseorang, yang pertama di tanyakan adalah siapa nama atau lebih jauhnya bertanya dimana tempat tinggal. Bukan apa agama yang di anut.
Saat sudah saling mengenal, yang membuat kita bertahan dengan pertemanan adalah seberapa nyaman kita bersamanya, bukan apa agamanya.

Jadi menurut saya, bersama penganut agama apapun kita, kalau saling menghargai, saling menyayangi, saling peduli, tidak akan bersinggungan. beda keyakinan boleh, tapi  sampai menyinggung jangan. 

Kalau hal itu terjadi, jangan salahkan agamanya karena tidak ada satu agamapun yang mengajarkan permusuhan dan menyakiti hati sesamanya. Saya yakin setiap agama mengajarkan hal yang benar, maka jika salah, salahkan manusia itu sendiri.

Thanks! :*

@snvita

Saya jatuh cinta pada Surat ini :)

Saya suka sekali dengan Surat Ar-Rahman. Menurut saya, tidak ada orang yang tidak suka dengan surat ini.
Lebih dari itu, saya jatuh cinta terhadap surat ini.

Surat yang terdiri dari 78  ayat dan 31 kali pengulangan “Fabiayyi alaa i Rabbikuma tukadzdzibaan” (maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kau dustakan” mengingatkan saya untuk selalu bersyukur. Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Karena sesulit apapun hidup saya, Allah selalu membantu.

Saya ingat waktu jaman-jaman skripsi. Hampir setiap berdoa saya selalu menangis karena penelitian saya yang terhambat, sedangkan teman-teman saya yang lain sudah jalan Bab 3 bahkan Bab penutup. Untuk pertama kalinya saya sedih bulan Ramadhan datang, karena datangnya bulan Ramadhan pertanda bahwa saya harus segera menyelesaikan skripsi saya agar bisa sidang di bulan tersebut.

Ketika teman-teman saya daftar sidang, saya memutuskan untuk pindah tempat penelitian.
Dan dengan izin Allah, semuanya mudah. Tempat penelitian saya yang baru malah membantu saya dalam banyak hal. Menyediakan materi yang saya butuhkan, melakukan penelitian di waktu yang saya kehendaki, sampai akhirnya penelitian saya selesai dan saya bisa menulis Bab analisa hanya dengan waktu kurang lebih 2 minggu.

Pertolongan Allah nggak hanya disitu. Dosen yang membantu saya bukan hanya dosen pembimbing 1 dan 2 saja. Dosen-dosen lain turut menyumbangkan ilmunya untuk membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir demi gelar S.Sos.
***
Pada suatu sore yang cerah, langit bandung berwarna oranye dan biru yang menyatu di atas sana. Pesan masuk ke handphone saya. Seorang lelaki yang umurnya di atas saya mengirimi pesan, “tadi di jalan aku denger Surat Ar-Rahman, aku jadi kangen kamu”

Pesan singkat namun mampu membuat hati saya melambung ke udara dan tidur di atas awan yang lembut seperti kapas terus selfie disana karena cahaya matahari bisa bikin hasil foto lebih cerah. Haha, lebay, ya! Tapi kenyataannya memang begitu.

Ia tau saya jatuh cinta dengan Surat ini.

Dan “Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kamu dustakan” nya adalah..
Sebentar lagi Insya Allah, dengan izin Allah, ia akan mengkhitbah saya. Hehehe.
Allah menyelamatkan saya dari jatuh cinta yang salah melalui pria ini.
Ia datang tepat pada saat perasaan saya sedang kalut dan dan bingung pada pria lain karena merasa di bodohi.
Allah Maha Baik. Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kau dustakan?

Do not be psycho. You Are Lovable!

Siapa sih yang gak cemburuan. Saya rasa, tiap orang itu punya hasrat untuk cemburu. Tapi, tiap orang menunjukkan rasa cemburunya dengan berbeda-beda. Ada yang menyikapinya dengan santai dan sabar. Ada yang senewen sampai harus tau segala yang pasangan lakukan,sidak hp setiap kali ketemu, dan  apa password social media nya. Itu pacaran apa mau jadi admin sosial media? bangun tidur harus dia mau tidur harus dia lagi. Emang pasangan gak ada kerjaan?.

Kalau menurut saya, semakin cemburuan, semakin over posesif kita terhadap pasangan, malah bikin dia lebih pinter dalam berbohong. Bisa jadi di belakang kita, dia punya akun sosmed lain yang dia pakek untuk kepoin orang lain, karena sosmed yang dia pake selalu kita chek (siapa yang dia follow, foto siapa yang dia like), atau sikap over kita malah bikin pasangan makin terampil, hapus chatting dengan sekejap mata atau balas chatting dari cewek atau cowok lain dibalik punggung kita, jari-jarinya seakan terlatih buat melakukan hal tersebut dengan cepat.

Cemburu boleh. Psycho, jangan.

Saya pernah diskusi dengan dosen mengenai masalah ini. Katanya, handphone adalah salah satu pemicu masalah dalam setiap hubungan. Nyatanya, ngecek hp pasangan malah bisa jadi awal mula dari sebuah pertengkaran.

Misalnya.
Ada lawan jenis dari pasangan ngechatt dia. Kita baca dan malah kita yang baper. Kita berasumsi bahwa kedekatan keduanya itu lebih dari sekedar pertemanan.
Nyatanya, tidak. Dia jelasin dari awal sampe akhir kita tetap gak percaya karena cemburu buta dan akhirnya? Berantem.

Coba kalau handphone dia nggak kita chek. Kita emang nggak tau isinya apa. Tapi selain cobalah untuk percaya, terkadang kita memang lebih baik nggak tau.
Kalau emang nggak percaya, ngapain masih mau hidup sama dia? Apa kita mau hidup sama orang yang bahkan untuk seumur hidup kita, kita gak bisa percaya sama dia. Atau memang mencari pasangan untuk setiap space dalam hidupnya, harus diisi oleh kita?

Sist, dude, kita nggak hanya hidup berdua saja dengan pasangan di muka bumi ini. Bahkan di belahan planet lain, mungkin saja ada makhluk lain yang hidup walau sampai saat ini persoalan alien masih jadi kontroversi.
So.. do not be psycho. You are lovable!

Dan untuk yang di cemburui. Jangan terlalu percaya diri menganggap bahwa dia amat sangat cinta sampai apa yang kita lakukan itu segalanya dia harus tau. Itu bukan cinta. Pertanyakan lagi perasaannya, bisa jadi hanya hasrat ingin memiliki. Hasrat ingin menang dari orang lain karena nggak mau kamu dimiliki oleh orang selain dirinya.

Thanks! :*

@snvita

Minggu, 22 Mei 2016

Sekeping Bayangan Wajah Itu



Aku terperangkap dalam ruangan pengap yang hanya bercahayakan dari lubang atap yang menganga.

Aku melihat kilas wajahmu di jendela.

Kemudian menghilang.
Lalu aku sadar, wajah itu hanya hayalan.

Aku tersenyum lalu kembali terdiam.

Tapi sosokmu datang mendekat.

Lalu aku berkata,
“Pergilah”

Kamu tak pergi.
Malah memandangiku dengan senyum seolah mengejek.

Kamu menundukan kepala tepat dihadapanku yang terduduk pasrah.

Seraya berkata,
“Aku sudah pergi dari jauh hari. Sadarlah.”

Kado Pernikahan Untukmu



“Tidak menikah denganmu sama dengan salah satu impian terbesar dalam hidupku hilang.
Tapi aku tidak akan menyesal. Insya Allah”

Sebaris quote yang kubuat di atas adalah gambaran nyata dari apa yang aku rasakan.

Mencintaimu adalah hal terbesar yang pernah aku rasakan.
Ya bagaimana tidak?!
ketika orang lain berpisah karena saling membenci,
Aku bahkan menjadikan cinta sebagai alasan.

Terdengar klise memang.
Terdengar klasik.

Tapi memang begitulah yang terjadi.

Saat itu memang menjadi hari terberat bagiku.
Melepaskan sosok manusia yang bahkan melihatnya saja seakan beban di pundakku hilang.

Katamu “Terimakasih, berkat kau, aku merasa amat sangat dicintai.

Namun kau melanjutkan, “Aku mencintaimu tapi cinta saja tidak cukup”

Dulu aku berfikir kata-kata itu hanya alasanmu saja.
Tapi memang benar.
Dalam menjalani sebuah pernikahan,
(mungkin) cinta saja tidak cukup.

Saat itu aku tak bertanya apa lagi yang kau butuhkan selain cinta.
Ya barangkali aku bisa mencukupi.

Aku tak berani.

Aku tak ingin rendah diri di hadapanmu.

Lalu tibalah aku melihatmu pergi.
Tapi entah mengapa, dadaku terasa lebih lega saat tak bersamamu lagi.
Padahal perasaanku padamu, bahkan Tuhanpun tak meragukan.

Bahkan aku tak mampu membayangkan kau bersanding dengan orang lain.

Namun hari ini tiba..

Menikahlah..
Bahagialah..
Karena saat kau bahagia, saat itulah Tuhan mengabulkan salah satu doaku.

Doa tulusku, kado dariku untukmu.

Tertanda,
-11 Januarimu-