Jumat, 04 November 2016

Mencintai sesama, A la Vita :D



Saya punya teman, seorang Nasrani taat. Kami cukup dekat karena selama SMA kami selalu satu kelas. Bahkan  saat kelas 3 kami berdua sebangku.

Perbedaan agama tak membuat kami renggang. Malah, kami berdua sering saling membantu. Dulu setelah pelajaran pendidikan agama islam, ada pelajaran lain, kalau tidak salah, bahasa indonesia atau matematika. Ia tidak mengikuti pelajaran PAI, tapi ia selalu memilih untuk diam di kelas, dan saya ingat betul, kalau saya lupa tidak mengerjakan PR, ia membantu mengerjakan PR saya ketika saya sibuk belajar PAI. Hahaha.. 

Menurut saya, saling menyayangi dan peduli sesama manusia tidak hanya di lihat apa agamanya.saya percaya Tuhan itu satu hanya kepercayaan dan cara beribadah serta tempat beribadahnya saja yang berbeda.
Agama bukan penghalang kami untuk berbagi. Kami berdua dulu sering berbagi makanan, berbagi cerita, berbagi aspirasi. Saya sering bercerita bagaimana itu puasa, ngaji, dan dia pun sama, ia bercerita bagaimana cara dia beribadah, dan bagaimana kesibukan ia menjelang natal-karena dia aktif di gereja.

Tapi tidak ada hasrat dari kami berdua untuk saling mempengaruhi atau menyela cara beribadah dari masing-masing. Saya suka antar dia cari guru agamannya. Saya tidak berani ajak dia main saat-saat menjelang natal atau hari keagamaanya yang lain. Sama dengan saya, dia tidak pernah berani ajak jalan ketika menjelang lebaran karena tau sibuknya, bahkan dia tidak berani makan didepan saya ketika saya puasa, padahal menurut saya hal itu tidak perlu. Dia makan apapun kalau saya emang kuat saya gak akan tergoda, kok. Kalaupun saya tergoda untuk buka, itu bukan salahnya, tapi salah saya yang tidak bisa menahan diri.

Ketika saya main ke asrama dia, tidak ada satupun yang bertanya kenapa ada umat Rosulullah SAW datang ke tempat mereka. Pakai kerudung pula. Ketika dia datang ke rumah sayapun begitu. Orangtua saya tidak pernah bertanya kenapa ada seorang penganut agama lain datang ke rumah kami. Saya datang ke tempatnya, ia beri saya minuman. Dia datang ke rumah saya, kami juga melakukan hal yang sama. Tidak pernah ada gesekan diantara kami.

Saat pertama kali bertemu seseorang, yang pertama di tanyakan adalah siapa nama atau lebih jauhnya bertanya dimana tempat tinggal. Bukan apa agama yang di anut.
Saat sudah saling mengenal, yang membuat kita bertahan dengan pertemanan adalah seberapa nyaman kita bersamanya, bukan apa agamanya.

Jadi menurut saya, bersama penganut agama apapun kita, kalau saling menghargai, saling menyayangi, saling peduli, tidak akan bersinggungan. beda keyakinan boleh, tapi  sampai menyinggung jangan. 

Kalau hal itu terjadi, jangan salahkan agamanya karena tidak ada satu agamapun yang mengajarkan permusuhan dan menyakiti hati sesamanya. Saya yakin setiap agama mengajarkan hal yang benar, maka jika salah, salahkan manusia itu sendiri.

Thanks! :*

@snvita

4 komentar:

  1. betul sekali, dulu suasana begini banyak yang terlihat, kadang sekarang banyak yang akhrinay menjauh karena perbedaan agama. Aku sih terbiasa dengan banyak perbedaan baik suku, agama dan ras. Di keluarga besarku ada yang islam, kristen, hindu, ada dai suku batak, sunda, jawa, ada yang keturunan cina, dan perbedaan itu indah

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya betul, indah ya. apalagi kalau saling menghargai dan tidak ada yang menyinggung apalagi mengusik agama masing2 :D

      Hapus
  2. Betul sekali. Kadang yang terlalu (maaf, fanatik), pada kenyataannya tidak tau apa apa kecuali ikut-ikutan. Berbeda itu indah, saling menghargai adalah damai.

    BalasHapus
    Balasan
    1. klau saya sih menyebutnya bukan fanatik, tapi lebih ke "membela agama, ya kalau bukan pemeluk agama itu yang yang membela, mau siapa lagi yang bela" hehe

      iya saya setuju, berbeda itu indah, apalagi nggak saling menzolimi ya :D

      Hapus