Saya punya teman, seorang Nasrani taat. Kami cukup dekat
karena selama SMA kami selalu satu kelas. Bahkan saat kelas 3 kami berdua sebangku.
Perbedaan agama tak membuat kami renggang. Malah, kami
berdua sering saling membantu. Dulu setelah pelajaran pendidikan agama islam,
ada pelajaran lain, kalau tidak salah, bahasa indonesia atau matematika. Ia
tidak mengikuti pelajaran PAI, tapi ia selalu memilih untuk diam di kelas, dan
saya ingat betul, kalau saya lupa tidak mengerjakan PR, ia membantu mengerjakan
PR saya ketika saya sibuk belajar PAI. Hahaha..
Menurut saya, saling menyayangi dan peduli sesama manusia
tidak hanya di lihat apa agamanya.saya percaya Tuhan itu satu hanya kepercayaan
dan cara beribadah serta tempat beribadahnya saja yang berbeda.
Agama bukan penghalang kami untuk berbagi. Kami berdua dulu
sering berbagi makanan, berbagi cerita, berbagi aspirasi. Saya sering bercerita
bagaimana itu puasa, ngaji, dan dia pun sama, ia bercerita bagaimana cara dia
beribadah, dan bagaimana kesibukan ia menjelang natal-karena dia aktif di
gereja.
Tapi tidak ada hasrat dari kami berdua untuk saling
mempengaruhi atau menyela cara beribadah dari masing-masing. Saya suka antar
dia cari guru agamannya. Saya tidak berani ajak dia main saat-saat menjelang
natal atau hari keagamaanya yang lain. Sama dengan saya, dia tidak pernah
berani ajak jalan ketika menjelang lebaran karena tau sibuknya, bahkan dia
tidak berani makan didepan saya ketika saya puasa, padahal menurut saya hal itu
tidak perlu. Dia makan apapun kalau saya emang kuat saya gak akan tergoda, kok.
Kalaupun saya tergoda untuk buka, itu bukan salahnya, tapi salah saya yang
tidak bisa menahan diri.
Ketika saya main ke asrama dia, tidak ada satupun yang
bertanya kenapa ada umat Rosulullah SAW datang ke tempat mereka. Pakai kerudung
pula. Ketika dia datang ke rumah sayapun begitu. Orangtua saya tidak pernah
bertanya kenapa ada seorang penganut agama lain datang ke rumah kami. Saya
datang ke tempatnya, ia beri saya minuman. Dia datang ke rumah saya, kami juga
melakukan hal yang sama. Tidak pernah ada gesekan diantara kami.
Saat pertama kali bertemu seseorang, yang pertama di
tanyakan adalah siapa nama atau lebih jauhnya bertanya dimana tempat tinggal.
Bukan apa agama yang di anut.
Saat sudah saling mengenal, yang membuat kita bertahan
dengan pertemanan adalah seberapa nyaman kita bersamanya, bukan apa agamanya.
Jadi menurut saya, bersama penganut agama apapun kita, kalau
saling menghargai, saling menyayangi, saling peduli, tidak akan bersinggungan.
beda keyakinan boleh, tapi sampai
menyinggung jangan.
Kalau hal itu terjadi, jangan salahkan agamanya karena tidak
ada satu agamapun yang mengajarkan permusuhan dan menyakiti hati sesamanya. Saya
yakin setiap agama mengajarkan hal yang benar, maka jika salah, salahkan
manusia itu sendiri.
Thanks! :*
betul sekali, dulu suasana begini banyak yang terlihat, kadang sekarang banyak yang akhrinay menjauh karena perbedaan agama. Aku sih terbiasa dengan banyak perbedaan baik suku, agama dan ras. Di keluarga besarku ada yang islam, kristen, hindu, ada dai suku batak, sunda, jawa, ada yang keturunan cina, dan perbedaan itu indah
BalasHapusiya betul, indah ya. apalagi kalau saling menghargai dan tidak ada yang menyinggung apalagi mengusik agama masing2 :D
HapusBetul sekali. Kadang yang terlalu (maaf, fanatik), pada kenyataannya tidak tau apa apa kecuali ikut-ikutan. Berbeda itu indah, saling menghargai adalah damai.
BalasHapusklau saya sih menyebutnya bukan fanatik, tapi lebih ke "membela agama, ya kalau bukan pemeluk agama itu yang yang membela, mau siapa lagi yang bela" hehe
Hapusiya saya setuju, berbeda itu indah, apalagi nggak saling menzolimi ya :D