Rabu, 27 Februari 2013

Pria Surga


Selamat malam, dunia. Aku ingin menceritakan sebuah cerita. Sebuah cerita dari kehidupan seorang gadis biasa. Bersama pria ‘surga’nya.
Aku tidak ingin membuat kalian iri dengan kisahku. Aku hanya ingin membaginya agar sejarah mencatatnya. Dan kisah ini abadi. Lestari.
≈≈≈
Terlahir sebagai seorang gadis yang cantik. Itulah aku. Aku supel. Banyak teman, mudah berbaur dan bergaul. Tapi aku terlalu biasa,  setelah aku bertemu dengannya. Ya, aku gak boleh sombong, pria ini adalah cerminan bahwa banyak manusia lebih hebat. Bukan hanya fisik. Tapi hati.

Pertemuan pertama kami yang begitu biasa, malah membuat hidupku 180˚ luarbiasa berubah.
Dia seorang laki-laki yang sangat baik. Saking baik hatinya, aku nggak tau, sebenarnya, hatinya itu terbuat dari apa. 

Dunia, simaklah. Aku akan deskripsikan dia lebih jauh.

Taukah kau, dunia. Dia tidak pernah marah padaku. Sekesal apapun dia akan sikapku, dia bisa dengan sempurna menahan marahnya. Jujur, aku itu gengsian. Harus berfikir berulang-ulang sebelum minta maaf. Aku tidak bisa merangkai kata maaf. Hanya bisa tertunduk malu ketika kesalahanku dia ketahui. Tapi apa dia marah?! Tidak dunia! Dia mengangkat kembali kepalaku seraya menatapku tulus. Seakan matanya berkata “Sudahlah, aku tidak apa-apa. Senyum lagi, ya!”

Ya. Aku kembali biasa-biasa lagi. Menjalani hariku seperti biasa lagi. Dengan keceriaan, dengan warna indah khas remaja, bersama sahabat, juga sang pria surga. Aku heran, betapa sabarnya dia menghadapiku yang manja. Dia priaku, dan aku wanitanya. Tapi manjaku selalu ada yang membuatnya melakukan sesuatu. Aku ingin ini juga berharap sesuatu itu. Contoh kecilnya disaat aku lapar. Dan hanya ingin makan jika dia yang temaniku. Tapi bukan hanya menemani, dengan rela dia berjalan kaki, dan membelikanku sebungkus makanan. Mengantarkannya padaku, dan menungguku sampai makanan itu disuapan terakhir. Tulus. Ya, senyum itu tulus.

Aku sangat menyukai hubungan ini. Siapa lagi yang punya pria dari surga ini kalau bukan aku?!

Aku tidak sepintar dia. Semua tau itu. Dia sering ajariku banyak hal. Contoh kecilnya tugas-tugas kuliahku. Dia bantu aku untuk belajar, setelahnya?! Dia memberiku es krim. Ah hanya dia memang. Terlebih untuk pembelajaran akan hidup. Dia beriku gambaran indahnya dunia, jika kita memanfaatkan waktu yang tersisa dari detik itu juga. Dia bilang, “dunia menunggu kita untuk menjamahnya. Jangan buat dunia menunggu, karena kita terburu oleh waktu.”

Terpenting dan paling manis, dia ikut turut mendewasakanku. Ketika aku melakukan hal bodoh, dia tidak mendiamkanku begitu saja. Tetap pada jalurnya, dia sabar menghadapiku yang sedang ‘gila’, rewel, marah-marah nggak jelas, dan kelakuan aneh lainnya.
Saat masalah besar menghampiri hidupku karena kesalahan-kesalahanku itu, dia nggak banyak memberi komentar, apalagi cacian. Dia nggak mengguruiku, tutur katanya halus. Aku kembali bisa introspeksi walau hati masih kalut. Mengetahui aku belum setenang biasa, dia mengusap kepalaku, dan menggiring bahuku untuk kembali terus berjalan. Berjalan padanya. Ya, dialah ‘rumah’ku. Sebodoh, seaneh, sepemarah, seeogisnya aku, aku tetap penghuninya. Rumah itu akan selalu membuka pintunya untukku. Hanya untukku.

≈≈≈

Dunia, itulah sepenggal kisahku dengan sang pria surga itu. Walau hanya dulu. Karena sekarang pria surga itu sedang mencari kembali cahaya untuk wajahnya. Mungkin karena aku. Karena dia sudah tidak tahan lagi padaku. Karena kebodohan itu. Atau karena dia benar-benar pria dari surganya Tuhan?! Agar hidupku menjadi lebih baik, melalui aku yang pernah mengenalnya. Ah.. Aku nggak tau.

Tapi tolong, tetap catat sejarah ini, dunia.

Dunia, bolehkah aku minta kau kembalikan pria surga itu? Atau kalaupun kau sudah tidak percaya lagi padaku, bolehkah aku mendapatkan pria surga yang lain?! Yang walau caranya berbeda, tapi tetap, aku lah yang teristimewa. Hanya aku yang akan mendapatkan ‘rumah’ untuk aku huni dihidupnnya.


Thanks for Reading
@snvita

Selasa, 26 Februari 2013

Aku, Kamu, dan Wanita-wanita itu..


Hari ini dingin. Sendu merambati pelosok jiwa yang terpacar diraga. Ya, dingin. Tidak ada kamu. Sore ini.
Pertengkaran ini dimulai dari peristiwa itu. Karena seorang malaikat memberikan keajaiban sebuah feeling yang kuat. Juga semesta yang berpihak padaku untuk mengetahui semuanya.
Disini, sore ini, diambang jendela kamarku, aku akan flashback kejadian ini, puncak dari ketidaktahanannya gejolakku . Kejadian kemarin lusa.
≈≈≈
Aku suka melihat dia tertidur. Seksi. Juga aku dapat bebas membelai rambutnya yang tebal. Dia tidur dipangkuanku. Seperti seorang anak lima tahun yang manja. tidur dengan lelap ditengah angin yang lembut. Dalam peluk sang ibu.
Aku menikmati moment ini dalam tenang. Aku menatap dalam wajahnya yang teduh. Tak bisa dipungkiri, walau hubungan kita baru berjalan kurang lebih satu tahun, tapi aku sudah sangat menyayanginya. Bahkan apapun sikap yang dia lakukan, aku selalu mudah memaafkan dan mengalah untuk kembali tersenyum.
Tapi tidak lagi. Aku sudah tidak tahan.
Lampu led smartphonenya berkedip. Tanda ada sebuah chatting masuk ke akun YMnya. Ada hal yang tak biasa dengan feelingku. Padahal sudah biasa ada chatting masuk, karena memang dia selalu mengaktifkan internet di smartphonenya.
Malaikat menggiring tanganku untuk meraih smartphone, yang terletak tepat disampingnya. Tanpa diperintah, jantungku tiba-tiba berdetak lebih berat. Huuufh, ada apa ini. Aku menengok sejenak padanya. Sepertinya alam mimpi masih menuntunnya untuk lelap lebih lama. Dengan sangat yakin aku meraih smartphone itu.
Chatting yang masuk itu, dari teman sekelasnya dikampus. Tepatnya pesan itu tentang apa, aku nggak begitu jelas tau. Karena aku nggak mau membaca pesan yang belum ia baca sebelumnya. Aku memutuskan untuk mengembalikan smartphonenya ketempat semula. Tapi ujung mataku tidak sengaja melihat nickname seorang wanita. Aku yakin, itu akun YM yang pemiliknya adalah wanita.
Keyakinanku bertambah ketika aku mendekatkan wajahku untuk melihat isi pesan terakhir yang entah dia atau wanita itu kirim.. “Selamat malam juga, ya ;)”. Tanganku yang sudah mulai dingin dengan cepat membuka isi percakapan itu. Aku sudah tidak sabar. Siapa sebenarnya wanita ini.

mon, 12 feb, 2011
fischa: Hey, kemana aja sih?
Radikha12: haha. ada aja. kamu tuh yang ngilang-ngilang. Aku kangen tau! Hahaha
Radikha12: becanda dhenk! :p
Dadaku sudah tidak bertoleransi untuk biasa-biasa saja. Memang dia bilang becanda, tapi hatiku berkata lain. Aku harus tau semua Radikha. Kembali aku melanjutkan untuk membaca chatting itu lagi
fischa: Ah masa?
Radikha12: masa apa, Cha?
fischa: Masa becanda Dik, beneran juga gpp kok J
Radikha12: Hahaha
Gantung! Maksudnya apa?!
wed, 14 feb, 2011
Radikha12: Happy valentine yak Cha!
fischa: Ah, makasih J kamu rayain dimana? Sama siapa nih? Pasti sama Maura ya?
Wanita itu tau aku. Dan memang, Radikha merayakan hari valentine yang juga bertepatan dengan hari ulangtahunku, bersamaku dirumah. Aku makin penasaran.
Radikha12: Iya dong. Dia kan ulang taun juga..
fischa: Ohya, yang keberapa taun? selamat ya.
Radikha: Yang ke 18 Cha. Yah ucapin selamat ke dia dong. kan dia yang ultah.
fischa: Gak ah, dia kan pacar kamu.
Radikha12: Kenapa emangnya?
fischa: ya pokonya nggak mau.
Radikha12: Oh, ya sudah. Ohya, Avatar kamu cantik deh :3
fischa: Masa? Ah makasih ya.
Radikha12: Iya. Rambutnya bagus J
fischa: Makasih lho Dik.
fischa: Besok aku mau jalan ama temen2, kamu mau ikut?
Radikha12: Hm, boleh deh. Tapi besok dikabari lagi ya..
Radikha12: Duluan ya, aku ngantuk nih. Seharian diluar soalnya
fischa: iya. ditunggu kabarnya ya.. ;)
Aku mulai geram..
Thu, 20 feb, 2011
Radikha12: fischa.. Kamu marah ya? jangan marah dong..
fischa: nggak kok. Siapa yang marah. kenapa juga harus marah -___-
Radikha12: Lah itu, pake emot gitu?!
fischa: Aku gak marah. cuma kesel
Radikha: Kesel karna nggak jadi ketemu minggu kemarin ya? Maaf ya.. Ini baru aja aku mau mnta maaf buat ini
fischa: iya udahlah, gapapa.
Radikha12: hehe, nah gitu dong. cewek cantik nggak baik marah2
Radikha12: kirim poto kesini dong. hehe pingin liat kamu 
Tanpa berkoar apapun lagi, wanita itu langsung dengan senang hati mengirimkan poto dirinya. Memang cantik. Tapi apa yang dia dan wanita itu lakukan tidak pantas! Maksudnya, ya Radikha itu punyaku. Dan dia sudah memilikiku.
Chatting itu berlangsung panjang. Aku membacanya dengan airmata yang sudah hampir jatuh dipelipis. Poto-poto yang dikirim wanita itu, pujian-pujian yang dilontarkan dia atas respons wanita itu, aku fikir nggak wajar. Laki-laki seperti apa dia?! Aku setia untuk tidak memuji lain selain dirinya, tapi dia tidak melakukan hal yang sama denganku. Kenapa aku berkata seperti ini?! Karena aku membaca chatting-chatting lain.

Isinya hampir sama, walau nggak seintens chatting dengan akun fischa itu. Tapi aku sesak membacanya. Gimana nggak?! Aku merasa dia begitu dekat dengan wanita-wanita lain selain aku. Ada puji, emoticon kiss, tawa, dan lain hal sebagainya. Aku menarik nafas panjang. Ingatanku akan sikapnya selama ini mulai kuingat kembali. Semesta benar-benar ini aku menguapkan sesak ini.

Awalnnya telingaku masih bisa setia mendengarkan semua cerita-ceritanya. Juga ceritanya tentang wanita lain. Tapi aku sudah mulai muak dengan pendengaranku ini. Nggak jarang dia memuji wanita-wanita itu. Bilang cantik. Style yang bagus. Kekayaan yang mereka punya. Juga tentang hubungan dia dengan mantan pacarnya, membuat aku selalu terdiam gak bisa respons apa-apa. Tapi apa dia mengerti dengan terdiamnya aku?! Nggak. Selalu dia puji lagi, ceritakan lagi. Ingat itu semua, aku benar-benar kecewa.

Dia terbangun saat air mataku hampir akan sangat menetes. Nafasku mulai cepat. Dadaku berdegup kencang, seakan bom waktu, aku akan meledakkannya sekarang. Harus sekarang juga.

“Kamu kenapa?” Tanyanya saat melihatku dan berusaha untuk duduk. Aku diam. Mencari kata yang pas untuk memulai berbicara padanya.
Dia melihat smartphonenya ada ditanganku. Mengambilnya perlahan dan membukanya. Matanya melihat layar dan sudah pasti, yang dia lihat adalah akun YM nya yang sengaja tidak aku tutup. Dia balik menatapku. Dan berkata..

“Sayang?”
“Apa itu, alasan kamu nggak mau liatin HP kamu ke aku?” Kataku dengan nada hambar
“Nggak cukup, didunia nyata kamu ceritakan wanita-wanita lain, lalu memuji mereka, sampe didunia mayapun kamu tetap seperti itu?” Tambahku dengan nada mulai tinggi.
“Nggak bisa kamu fikir, gimana perasaan aku?! GIMANA PERASAAN AKU!!!” Puncaknya aku benar-benar berteriak.
“Kamu baca chatting-chatting ini? Ini gak seperti yang kamu liat, Sayang” Dia mencoba tenangkanku.
“Nggak seperti apa yang aku liat, ya?! Tapi apa nggak seperti yang aku dengar juga?!”
“Kamu kenapa sih jadi tiba-tiba gini?”
“kamu udah liat kan aku baca semua chatting-chatting kamu?! SEMUA Radikha, semua! mataku sudah tau. Dari mata aku ingat, atas sikapmu selama ini. Yang sering kamu puji wanita lain selain aku. Telingaku juga jadi saksi!”

Dia terdiam.. Lalu berkata lagi dia padaku..

“Tapi wanita istimewaku itu tetap kamu Maura. Cuma kamu.” Katanya
“Tapi sikap kamu mencerminkan gimana kamu sebenernya. Wanitamu cuma aku. Dan aku percaya itu. Tapi dari sikapmu, bukan hanya aku.” dengan tenang aku bicara itu.
“Maaf, aku akan berubah. Buat kamu, aku gak akan lakukan itu lagi. Mereka hanya teman biasa. Percaya!”
“Percaya. Ya, aku percaya. Tapi aku udah nggak tahan lagi. Dadaku sudah sangat sesak dengan sikap dan sifatmu, nggak bisa, kamu artiin kenapa aku selalu diam saat kamu puji dan ceritakan wanita lain? Kamu fikir karena diam itu berarti aku nyaman?! Berubah untuk kebaikanmu, juga untuk pasanganmu setelah aku. Aku pulang..”

≈≈≈
Aku pulang dengan hati nyaman. Plong. seakan semuanya sudah bersih. Aku tenang. Ini yang jadi kegelisahan beberapa bulan ini.  Sepertinya memang ini yang harus aku lakukan dari dulu. Tapi cinta masih menaungimu. Sampai aku masih menguatkan hati untuk tidak pernah jujur.

Aku mencintaimu. Dengan persis akupun tau kau mencintaiku. Tapi cinta tidak begini, sayang. Cinta istimewakan satu. Pasanganmu. Nggak bisa kamu anggap biasa dengan apa yang kau anggap biasa saja. Aku bersabar untuk patuhi hatiku agar tetap denganmu. Tapi tidak denganmu. Aku jaga pendengaranmu agar selalu nyaman.  Tapi sebaliknya, kamu tidak. Aku jaga omonganku agar tidak ada kata yang menyakitkan. Karena aku ingin jaga perasaanmu. Aku ingin jaga hatimu agar tetap aman denganku. Aku tidak puji pria lain selain kamu. Hatiku yang memutuskan untuk itu.


Sekian

Thanks for Reading
@snvita