Selamat malam, dunia. Aku ingin menceritakan sebuah cerita.
Sebuah cerita dari kehidupan seorang gadis biasa. Bersama pria ‘surga’nya.
Aku tidak ingin membuat kalian iri dengan kisahku. Aku hanya
ingin membaginya agar sejarah mencatatnya. Dan kisah ini abadi. Lestari.
≈≈≈
Terlahir sebagai seorang gadis yang cantik. Itulah aku. Aku
supel. Banyak teman, mudah berbaur dan bergaul. Tapi aku terlalu biasa, setelah aku bertemu dengannya. Ya, aku gak boleh sombong, pria ini adalah cerminan bahwa banyak manusia lebih hebat. Bukan hanya fisik. Tapi hati.
Pertemuan
pertama kami yang begitu biasa, malah membuat hidupku 180˚ luarbiasa berubah.
Dia seorang laki-laki yang sangat baik. Saking baik hatinya,
aku nggak tau, sebenarnya, hatinya itu terbuat dari apa.
Dunia, simaklah. Aku akan deskripsikan dia lebih jauh.
Taukah kau, dunia. Dia tidak pernah marah padaku. Sekesal
apapun dia akan sikapku, dia bisa dengan sempurna menahan marahnya. Jujur, aku
itu gengsian. Harus berfikir berulang-ulang sebelum minta maaf. Aku tidak bisa
merangkai kata maaf. Hanya bisa tertunduk malu ketika kesalahanku dia ketahui.
Tapi apa dia marah?! Tidak dunia! Dia mengangkat kembali kepalaku seraya
menatapku tulus. Seakan matanya berkata “Sudahlah, aku tidak apa-apa. Senyum
lagi, ya!”
Ya. Aku kembali biasa-biasa lagi. Menjalani hariku seperti
biasa lagi. Dengan keceriaan, dengan warna indah khas remaja, bersama sahabat,
juga sang pria surga. Aku heran, betapa sabarnya dia menghadapiku yang manja.
Dia priaku, dan aku wanitanya. Tapi manjaku selalu ada yang membuatnya
melakukan sesuatu. Aku ingin ini juga berharap sesuatu itu. Contoh kecilnya
disaat aku lapar. Dan hanya ingin makan jika dia yang temaniku. Tapi bukan
hanya menemani, dengan rela dia berjalan kaki, dan membelikanku sebungkus
makanan. Mengantarkannya padaku, dan menungguku sampai makanan itu disuapan
terakhir. Tulus. Ya, senyum itu tulus.
Aku sangat menyukai hubungan ini. Siapa lagi yang punya pria
dari surga ini kalau bukan aku?!
Aku tidak sepintar dia. Semua tau itu. Dia sering ajariku
banyak hal. Contoh kecilnya tugas-tugas kuliahku. Dia bantu aku untuk belajar,
setelahnya?! Dia memberiku es krim. Ah hanya dia memang. Terlebih untuk
pembelajaran akan hidup. Dia beriku gambaran indahnya dunia, jika kita
memanfaatkan waktu yang tersisa dari detik itu juga. Dia bilang, “dunia
menunggu kita untuk menjamahnya. Jangan buat dunia menunggu, karena kita terburu
oleh waktu.”
Terpenting dan paling manis, dia ikut turut mendewasakanku.
Ketika aku melakukan hal bodoh, dia tidak mendiamkanku begitu saja. Tetap pada
jalurnya, dia sabar menghadapiku yang sedang ‘gila’, rewel, marah-marah nggak
jelas, dan kelakuan aneh lainnya.
Saat masalah besar menghampiri hidupku karena
kesalahan-kesalahanku itu, dia nggak banyak memberi komentar, apalagi cacian.
Dia nggak mengguruiku, tutur katanya halus. Aku kembali bisa introspeksi walau
hati masih kalut. Mengetahui aku belum setenang biasa, dia mengusap
kepalaku, dan menggiring bahuku untuk kembali terus berjalan. Berjalan padanya.
Ya, dialah ‘rumah’ku. Sebodoh, seaneh, sepemarah, seeogisnya aku, aku tetap
penghuninya. Rumah itu akan selalu membuka pintunya untukku. Hanya untukku.
≈≈≈
Dunia, itulah sepenggal kisahku dengan sang pria surga itu.
Walau hanya dulu. Karena sekarang pria surga itu sedang mencari kembali cahaya untuk
wajahnya. Mungkin karena aku. Karena dia sudah tidak tahan lagi padaku. Karena kebodohan itu. Atau karena dia benar-benar pria dari surganya Tuhan?! Agar hidupku menjadi lebih baik, melalui aku yang pernah mengenalnya. Ah.. Aku nggak tau.
Tapi tolong, tetap catat sejarah ini, dunia.
Dunia, bolehkah aku minta kau kembalikan pria surga itu? Atau
kalaupun kau sudah tidak percaya lagi padaku, bolehkah aku mendapatkan pria
surga yang lain?! Yang walau caranya berbeda, tapi tetap, aku lah yang
teristimewa. Hanya aku yang akan mendapatkan ‘rumah’ untuk aku huni dihidupnnya.
@snvita
Thanks for Reading
hehe.. ini cerita sm yg sekarang vit? ;)
BalasHapusngga ko abel.. fiksi ah hhe :)
BalasHapus