“Tidak menikah denganmu sama
dengan salah satu impian terbesar dalam hidupku hilang.
Tapi aku tidak akan menyesal. Insya
Allah”
Sebaris quote yang kubuat di atas
adalah gambaran nyata dari apa yang aku rasakan.
Mencintaimu adalah hal terbesar
yang pernah aku rasakan.
Ya bagaimana tidak?!
ketika orang lain berpisah karena saling membenci,
Aku bahkan menjadikan cinta
sebagai alasan.
Terdengar klise memang.
Terdengar klasik.
Tapi memang begitulah yang
terjadi.
Saat itu memang menjadi hari
terberat bagiku.
Melepaskan sosok manusia yang
bahkan melihatnya saja seakan beban di pundakku hilang.
Katamu “Terimakasih, berkat kau,
aku merasa amat sangat dicintai.
Namun kau melanjutkan, “Aku
mencintaimu tapi cinta saja tidak cukup”
Dulu aku berfikir kata-kata itu
hanya alasanmu saja.
Tapi memang benar.
Dalam menjalani sebuah
pernikahan,
(mungkin) cinta saja tidak cukup.
Saat itu aku tak bertanya apa lagi
yang kau butuhkan selain cinta.
Ya barangkali aku bisa mencukupi.
Aku tak berani.
Aku tak ingin rendah diri di
hadapanmu.
Lalu tibalah aku melihatmu pergi.
Tapi entah mengapa, dadaku terasa
lebih lega saat tak bersamamu lagi.
Padahal perasaanku padamu, bahkan
Tuhanpun tak meragukan.
Bahkan aku tak mampu membayangkan
kau bersanding dengan orang lain.
Namun hari ini tiba..
Menikahlah..
Bahagialah..
Karena saat kau bahagia, saat
itulah Tuhan mengabulkan salah satu doaku.
Doa tulusku, kado dariku untukmu.
Tertanda,
-11 Januarimu-