“Kamu mau
kemana? Jalan sama cowok lain ya?!” ucap seorang diujung telepon disana.
“Nggak
kok. Aku ingin istirahat aja.” Jawabku
“Ih,
kesini lah. Aku kangen tau, aku pingin ketemu kamu”
“Aku lagi
males kemana-mana. Kuliah pulang malem terus.Weekend ini aku harus istirahat”
“Tapi
bener, kan, kamu nggak jalan sama cowok lain?” Tanya nya keukeuh
Aku
memutar bola mata, males jawab.
“Halo?”
Katanya memastikan bahwa aku masih dalam sambungan telepon.
“Ya...”
“Ih,
nggak jawab. Jangan-jangan kamu emang jalan ama cowok lain, lagi”
“Nggak,
aku bilang nggak. Aku cuma pingin istirahat total hari ini..”
“Aku kan
kangen tau. Udah seminggu ini aku sibuk dan nggak ketemu kamu. Hari ini aku mau
ada yang dikerjain, aku pingin dikerjainnya sambil ditemenin kamu.”
Tengkukku
panas. Aku mulai nggak nyaman dengan situasi ini. Tapi mulutku masih kelu untuk
menyampaikannya.
Aku masih
dalam diam
“Halo?!”
Katanya lagi
“Ya...”
Jawabku singkat
“Kamu
kenapa sih daritadi diem aja?! Aku ganggu? Aku kan cuma pingin kamu kesini,
temuin aku. Lagian biar kita ketemu. Seminggu kan kita nggak ketemu! Kenapa sih
nggak ngerti aja!” Dia terus berceloteh. Ingin bertemu denganku.
Sebegitunya.
Ada apa sih dengannya?! Aku udah nggak mau diam terus kayak gini. Aku ungkapin
sekarang juga!
“Aku....”
Ucapku dengan nada lembut, dia memotong ucapanku.
“APA!
Kamu nggak mau ketemu aku lagi kan?! Kenapa coba kamu ngga bisa nger...”
“Dengerin aku dulu. Aku pingin ngomong serius
sama kamu.”
“Apa?”
Aku
menghela nafas agak panjang..
“Kita ini
apa sih?!” Tanya ku.
Dion
tidak menjawab apapun. Sepertinya pertanyaanku membuatku bingung.
“Maksudnya?
Akhirnya dia menjawab.
“Ya. Kita
ini apa?! Kita udah putus, kan? terus kenapa kamu terus-terusan deketin aku?
minta supaya kita ketemu, dan aku nemenin kamu. Kamu marah kalau aku gak mau
turutin mau kamu. Kamu jauhin aku. Dekati lagi”
“Ya, tapi
aku sayang kamu.” Ucapnya. Enteng
“Sayang?
Dulu kamu yang putusin aku!”
“Ya
tapi...”
“Tapi
apa?”
“Kamu
juga, kayak yang seneng-seneng aja”. Ucapannya membuatku sedih. Maksudnya apa,
sih?!
Aku hanya
tau apa yang harus aku ucapkan padanya. Tapi aku nggak tau bagaimana cara
menyampaikannya. Entah karena masih cinta, atau segan untuk berkata. Bertahun
aku utamakan untuk mencintainya. Tapi persoalan datang dan berganti pada waktu
yang berdekatan. Dia memutuskan untuk tidak lagi ingin bersamaku. Akupun
menyetujui inginnya. Tapi sikapnya selalu seakan membuatku harus tetap
mencintainya lagi. Dia begitu licik menurutku. Dia membuatku seakan dia
membutuhkanku, lalu mendiamiku lagi. Dia selalu membuatku tetap sendiri
mencintainya, tapi lalu dia pergi lagi. Dia menerbangkanku dan membuatku seakan
istimewa, dalam waktu yang bersamaan, dia menjatuhkanku lagi seakan aku bukan
siapa-siapa.
Aku
memutuskan untuk menutup sambungan telepon ini.
“Kenapa
main tutup gitu aja?! tuhkan, kamu nggak mau ketemu aku, kamu juga ngakunya
pingin sendirian weekend ini, nutup
telponnya nggak bilang2. Itu berarti kamu emang udah nggak mau ketemu aku lagi
kan? udahlah ngaku aja. Terserah kamu skr!”
Hpku
berdering saat chatting itu masuk. masih darinya. Dia mengirimiku pesan itu saat
aku menutup telepon begitu saja, tadi. Aku memang tidak bisa kalau harus
berkata apa yang aku inginkan secara langsung. Aku memutuskan untuk
mengiriminya balasan.
“Aku
sayang sama kamu. Dari awal kita pacaran, aku selalu berusaha untuk “Sebagus”
yang kamu mau. Tapi seperti yang kamu tau, dari dulu sampai kita berpisah, aku
berusaha sendiri. Aku berusaha mempertahankan hubungan kita, sendirian. Aku
menguatkan hatiku saat kamu pergi, cuek, marah2, baik lagi, jutek lagi, datang
lagi, pergi lagi. Sampai hatiku udah kebal dengan semua itu. Berbulan aku
belajar untuk kesendirianku, tapi kamu datang lagi. Bawakan aku harapan lagi. Aku
mencintaimu lagi, dan kamu pergi lagi. Terus seperti itu. Apa salahku?! Kamu
selalu membuatku tidak mencintai orang lain selainmu, tapi sikapmu selalu
membenamkan lagi untuk itu. Aku ingin mempunyai mimpi lain selain kamu, tapi
kamu selalu membuatku seakan aku tidak boleh terbangun. Aku benar-benar ingin
pergi darimu, saat kamu memutuskan hubungan itu denganku. Tapi kamu selalu
berhasil menghubungiku. Dan kamu tau?! kamu bilang, aku seneng2 aja kamu dekati
lagi. Iyalah, aku yang masih mencintaimu, udah pasti senang akan hal itu. Tapi setelah
itu?! kamu jauhi aku lagi. Seminggu ini aku benar2 ingin jauh dari kamu. Aku
hindari semua tentang kamu, aku ingin biasakan hatiku tidak untukmu. Kamu yang
ingin berpisah denganku, tapi sekarang kamu yang bilang kamu sayang, dan selalu
ingin bertemu. Tapi aku ingin hubungan kita kembali pacaran, kamu nggak mau.
Jadi kita ini apa?! Bantu aku untuk itu. jangan hubungi aku kalau ujungnya buat
jauhi lagi. Jangan buat aku seneng, kalau diakhir malam, munajatku pada Tuhan
hanya karena aku galau. Nggak usah dibales lagi. Ini chatting terakkhirku.
Semoga kita bisa dipertemukan dalam keadaan yang lebih baik. Saat kamu, tidak
memberiku harapan palsu.”
Aku
selesai. Kukirim chatting itu padanya. Dan sesuai keinginanku, dia tidak
membalasnya. Syukurlah. Hatiku tenang setelah mengirim chatting itu. Jika dia
tidak berani untuk tegas, biar aku yang mengambil keputusan tegas ini. Aku
pergi, dan benar-benar pergi. Pergi, karena aku ikhlas mencintainya. Karena
aku, sayang hatiku dan tidak ingin membiarkannya terbuka untuk luka.
Hidup
adalah dunia nyata. Dengan harapan nyata yang harus bisa didapat. Dan jika
harapan itu semu, untuk apa hidup menyambutnya?! Aku mencintainya. Tapi tidak
untuk dibahagiakan dengan kepalsuan. Kondisi tidak memihakku untuk terus
berharap pada apa yang sudah tidak menjadi bahagiaku. Apa yang ada dihadapan,
itu yang bisa aku jalankan.
Semoga dia disana membaca dengan hati pesanku tadi, lalu mengerti dengan ini, Tuhan..
Selesai
Thanks for Reading
Tidak ada komentar:
Posting Komentar