Minggu, 24 Maret 2013

Please, udah ya. Cukup..


“Kamu mau kemana? Jalan sama cowok lain ya?!” ucap seorang diujung telepon disana.
“Nggak kok. Aku ingin istirahat aja.” Jawabku
“Ih, kesini lah. Aku kangen tau, aku pingin ketemu kamu”
“Aku lagi males kemana-mana. Kuliah pulang malem terus.Weekend ini aku harus istirahat”
“Tapi bener, kan, kamu nggak jalan sama cowok lain?” Tanya nya keukeuh
Aku memutar bola mata, males jawab.
“Halo?” Katanya memastikan bahwa aku masih dalam sambungan telepon.
“Ya...”
“Ih, nggak jawab. Jangan-jangan kamu emang jalan ama cowok lain, lagi”
“Nggak, aku bilang nggak. Aku cuma pingin istirahat total hari ini..”
“Aku kan kangen tau. Udah seminggu ini aku sibuk dan nggak ketemu kamu. Hari ini aku mau ada yang dikerjain, aku pingin dikerjainnya sambil ditemenin kamu.”

Tengkukku panas. Aku mulai nggak nyaman dengan situasi ini. Tapi mulutku masih kelu untuk menyampaikannya.

Aku masih dalam diam

“Halo?!” Katanya lagi
“Ya...” Jawabku singkat
“Kamu kenapa sih daritadi diem aja?! Aku ganggu? Aku kan cuma pingin kamu kesini, temuin aku. Lagian biar kita ketemu. Seminggu kan kita nggak ketemu! Kenapa sih nggak ngerti aja!” Dia terus berceloteh. Ingin bertemu denganku.

Sebegitunya. Ada apa sih dengannya?! Aku udah nggak mau diam terus kayak gini. Aku ungkapin sekarang juga!

“Aku....” Ucapku dengan nada lembut, dia memotong ucapanku.
“APA! Kamu nggak mau ketemu aku lagi kan?! Kenapa coba kamu ngga bisa nger...”
 “Dengerin aku dulu. Aku pingin ngomong serius sama kamu.”
“Apa?”
Aku menghela nafas agak panjang..
“Kita ini apa sih?!” Tanya ku.
Dion tidak menjawab apapun. Sepertinya pertanyaanku membuatku bingung.

“Maksudnya? Akhirnya dia menjawab.
“Ya. Kita ini apa?! Kita udah putus, kan? terus kenapa kamu terus-terusan deketin aku? minta supaya kita ketemu, dan aku nemenin kamu. Kamu marah kalau aku gak mau turutin mau kamu. Kamu jauhin aku. Dekati lagi”
“Ya, tapi aku sayang kamu.” Ucapnya. Enteng
“Sayang? Dulu kamu yang putusin aku!”
“Ya tapi...”
“Tapi apa?”
“Kamu juga, kayak yang seneng-seneng aja”. Ucapannya membuatku sedih. Maksudnya apa, sih?!
Aku hanya tau apa yang harus aku ucapkan padanya. Tapi aku nggak tau bagaimana cara menyampaikannya. Entah karena masih cinta, atau segan untuk berkata. Bertahun aku utamakan untuk mencintainya. Tapi persoalan datang dan berganti pada waktu yang berdekatan. Dia memutuskan untuk tidak lagi ingin bersamaku. Akupun menyetujui inginnya. Tapi sikapnya selalu seakan membuatku harus tetap mencintainya lagi. Dia begitu licik menurutku. Dia membuatku seakan dia membutuhkanku, lalu mendiamiku lagi. Dia selalu membuatku tetap sendiri mencintainya, tapi lalu dia pergi lagi. Dia menerbangkanku dan membuatku seakan istimewa, dalam waktu yang bersamaan, dia menjatuhkanku lagi seakan aku bukan siapa-siapa.

Aku memutuskan untuk menutup sambungan telepon ini.

“Kenapa main tutup gitu aja?! tuhkan, kamu nggak mau ketemu aku, kamu juga ngakunya pingin sendirian weekend ini,  nutup telponnya nggak bilang2. Itu berarti kamu emang udah nggak mau ketemu aku lagi kan? udahlah ngaku aja. Terserah kamu skr!”

Hpku berdering saat chatting itu masuk. masih darinya. Dia mengirimiku pesan itu saat aku menutup telepon begitu saja, tadi. Aku memang tidak bisa kalau harus berkata apa yang aku inginkan secara langsung. Aku memutuskan untuk mengiriminya balasan.

Aku sayang sama kamu. Dari awal kita pacaran, aku selalu berusaha untuk “Sebagus” yang kamu mau. Tapi seperti yang kamu tau, dari dulu sampai kita berpisah, aku berusaha sendiri. Aku berusaha mempertahankan hubungan kita, sendirian. Aku menguatkan hatiku saat kamu pergi, cuek, marah2, baik lagi, jutek lagi, datang lagi, pergi lagi. Sampai hatiku udah kebal dengan semua itu. Berbulan aku belajar untuk kesendirianku, tapi kamu datang lagi. Bawakan aku harapan lagi. Aku mencintaimu lagi, dan kamu pergi lagi. Terus seperti itu. Apa salahku?! Kamu selalu membuatku tidak mencintai orang lain selainmu, tapi sikapmu selalu membenamkan lagi untuk itu. Aku ingin mempunyai mimpi lain selain kamu, tapi kamu selalu membuatku seakan aku tidak boleh terbangun. Aku benar-benar ingin pergi darimu, saat kamu memutuskan hubungan itu denganku. Tapi kamu selalu berhasil menghubungiku. Dan kamu tau?! kamu bilang, aku seneng2 aja kamu dekati lagi. Iyalah, aku yang masih mencintaimu, udah pasti senang akan hal itu. Tapi setelah itu?! kamu jauhi aku lagi. Seminggu ini aku benar2 ingin jauh dari kamu. Aku hindari semua tentang kamu, aku ingin biasakan hatiku tidak untukmu. Kamu yang ingin berpisah denganku, tapi sekarang kamu yang bilang kamu sayang, dan selalu ingin bertemu. Tapi aku ingin hubungan kita kembali pacaran, kamu nggak mau. Jadi kita ini apa?! Bantu aku untuk itu. jangan hubungi aku kalau ujungnya buat jauhi lagi. Jangan buat aku seneng, kalau diakhir malam, munajatku pada Tuhan hanya karena aku galau. Nggak usah dibales lagi. Ini chatting terakkhirku. Semoga kita bisa dipertemukan dalam keadaan yang lebih baik. Saat kamu, tidak memberiku harapan palsu.”

Aku selesai. Kukirim chatting itu padanya. Dan sesuai keinginanku, dia tidak membalasnya. Syukurlah. Hatiku tenang setelah mengirim chatting itu. Jika dia tidak berani untuk tegas, biar aku yang mengambil keputusan tegas ini. Aku pergi, dan benar-benar pergi. Pergi, karena aku ikhlas mencintainya. Karena aku, sayang hatiku dan tidak ingin membiarkannya terbuka untuk luka.

Hidup adalah dunia nyata. Dengan harapan nyata yang harus bisa didapat. Dan jika harapan itu semu, untuk apa hidup menyambutnya?! Aku mencintainya. Tapi tidak untuk dibahagiakan dengan kepalsuan. Kondisi tidak memihakku untuk terus berharap pada apa yang sudah tidak menjadi bahagiaku. Apa yang ada dihadapan, itu yang bisa aku jalankan. 

Semoga dia disana membaca dengan hati pesanku tadi, lalu mengerti dengan ini, Tuhan..

Selesai
Thanks for Reading
@snvita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar