04.00
Aku terbangun dari tidurku yang tak lelap.
Biasanya jika sudah terlalu lelah karena pekerjaan, aku mampu tidur lebih lama
dari ini. Tapi tidak kali ini. Aku memutuskan untuk duduk sejenak sebelum
akhirnya aku membasuh wajah.
04.02
Aku ingat kamu. Bukan hal yang tidak biasa.
Setiap waktuku ada kamu. Apa yang aku kerjakan selalu disertai bayangmu.
Aktifitasku tak terjeda untu memikirkanmu. Kamu sebagian hidupku. Senyummu,
tawamu, tindak-tandukmu, caramu becanda, caramu berkata, adalah sebagian besar fikiranku.
04.05
Aku memutuskan untuk tidak dulu menuju
toilet. Aku bangkit dari kasur untuk menyalakan laptop. Langsung kubuka folder
fotomu. Wajahmu membiusku. Tanpa sadar aku tersenyum dengan semua posemu.
Senyumu, getarkan hatiku. Wajahmu, beningkan mataku. Aku rindu. Aku
mencintaimu.
04.08
Aku belum memalingkan tatapanku dari
gambarmu. Sosokmu yang selalu jelajahi hatiku, membuatku ingat semua tentang
kamu. Aku memutuskan untuk mengingat kebahagiaanku memilikimu:
Dalam wajah yang sedang kulihat ini, aku
lihat kebaikan. Kebaikan yang selalu membuatku merasa disayang. Kebaikan yang
selalu menuntunku untuk bahagia. Aku beruntung memilikimu.
Dalam wajah yang sedang kulihat ini, aku
lihat sebuah kenyamanan. Membuatku merasa mempunyai “rumah”. Kenyamanan yang
selalu menuntunku untuk tenang. Aku beruntung mempunyai tempat mengadu. Kamu.
Dalam wajah yang sedang kulihat ini, aku
lihat sebuah teka-teki. Membuatku bertanya-tanya apa jawabannya. Membuatku
selalu berhati-hati. Aku takut menyakiti.
04.15
Aku masih melihat-lihat wajahmu. Tibalah
pada foto kita berdua. Aku melihat guratan bahagia itu. Guratan bahagia itu ada
diwajahku. Foto ini adalah fotoku yang sedang menggandeng tanganmu. Andai bisa
kuperintah benda mati itu, aku ingin perintahkannya untuk memelukmu.
04.16
Aku melihat bulan yang masih bulat
sempurna, dibalik jendela kamar. Cahayanya membias kuning. Indah. Paling terang
diantara hamparan cahaya langit yang masih malu untuk berganti warna.
Aku ingat semua tentang aku dan kamu. Dari
awal bertemu, dari awal merindu, awal aku rasa sendu. Hatiku penuh denganmu.
Sebenarnya tidak penuh dengan bahagia.
Sebagian bahagia kubagi dengan rasa khawatir. Khawatir akan banyaknya
kemungkinan. kemungkinan kamu tidak merasa apa yang aku rasa. Kemungkinan kamu
tidak hanya membagi perasaanmu padaku. Kemungkinan akan harimu yang dipenuhi
dengan orang lain selain aku. Khawatir akan kamu yang tak bahagia bersamaku.
Aku khawatir akan semua itu.
04.20
Aku ingin memikirkanmu sambil merasa aroma
segarnya angin pagi ini. Masih sangat dingin. Tapi dingin ini membuatku lebih
berkonsentrasi membayangkanmu. lalu aku buka jendela dan duduk disana.
Bulan itu masih menguning. Seakan
mengizinkanku untuk melihat cahayanya lebih lama.
Sayang, akankah hal yang
sedang kulakukan sekarang ini, akan kita bagi nanti?!
Sayang, kuharap kekhawatiranku padamu tadi
tidak terjadi didunia nyata. Semoga harapku yang selalu ingin kau temani, Tuhan
kabulkan diawal pagi ini. Semoga semesta
berkenan selalu memberi kesempatan pada kita tuk membagi hari, hati, setia,
suka.
Sayang, aku tau. Hubungan kita tak seriuh
dunia. Hubungan kita sesederhana kita berdua. Tapi sederhana kita kuyakin akan
membuat dunia terbuai karena ada kita didalamnya.
Hai satu-satunya lelakiku, wajahmu tampak
jelas dilangit yang masih hitam itu. Bolehkah aku puji kamu sebagai yang
terindah dibanding sisa-sisa perhiasan malam?! Ya, dibanding hiasan dilangit
saat ini, wajahmu lah yang paling bersinar. yang paling aku inginkan tuk
dilihat..
04.30
Aku beranjak dari jendela. membuka gordennya
lebih lebar. Sambil tersenyum aku ingin membasuh wajah dan sebagian anggota
badanku yang lain. Agar bayangmu lebih jelas dalam doaku.
Memikirkanmu saja
membuatku biru dilanjut rindu.
Bahkan sepagi inipun, aku sudah mencintaimu..
Selesai
Thanks for Reading
@snvita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar