Chacha : Nanti aku kalo udah gede mau
nikah. Sama laki-laki yang ganteng, pinter, kaya, baik.
Fildzah : Ih, sempurna. Mana ada laki-laki
kayak gitu. Laki-laki gitu tuh cuma aku. Berarti kamu mau nikah ama aku, dong?!
Chacha : Masa? Emang kamu baik? emang kamu
ganteng? kamu kaya?
Fildzah : Iya. Suatu hari nanti aku pasti
seperti itu. Makanya kamu tetep disini sama aku. Biar pas aku ganteng nanti,
kaya nanti, baik nanti, kamu nggak rugi.
Chacha : Emang rugi kenapa? Aku nggak suka
sama kamu!
Fildzah : iya sekarang mungkin nggak.
Nanti-nanti kan siapa yang tau?!
Chacha : Emang apa yang kamu tau tentang
cinta? Kita sama-sama anak berumur tujuh taun.
Fildzah : Nggak tau. Tapi yang aku tau, aku
harus jadi laki-laki kaya, laki-laki baik, dan yang pasti ganteng.
Chacha : Biar aku suka sama kamu ya, nanti?
Itu kan yang aku sebutin barusan. Berarti kamu mau jadi apa yang aku mau. Ya,
kan? Hahaha
Fildzah diam
Fildzah : Nggak ko. Aku bahkan nggak ngerti
apa-apa. Nggak tau apa itu suka. Apalagi cinta.
Chacha : terus tadi apa?!
Fildzah : Hm, nggak. Aku hanya mencontoh
Papa. Papa baik, Ayah seorang yang selalu berusaha untuk mempunyai apa yang
harus kita miliki, pinter lagi. Papa juga tampan. Lihat saja aku. Aku ganteng kayak Papa,
kan?
Chacha : Berarti aku bakalan suka sama Papa
kamu, dong?!
Fildzah : Kenapa?
Chacha :Karena apa yang aku ingin ada di
Papa kamu.
Fildzah : Ya jangan dong!
Chacha : Kenapa?
Fildzah : Papa milik Mama. Kita nggak boleh
ambil apa yang sudah milik orang lain.
Chacha : Oh. berarti kamu harus jadi
seperti Papa kamu. Biar nanti kalo aku udah gede, aku sukanya sama kamu Fild.
Fildzah : Milik kita diambil orang itu menyakitkan. Robot-robotan aku yang Bondan ambil waktu itu juga, aku sedih. Apalagi manusia yang direbut.
Chacha : Gitu ya.
Chacha mengangguk. Mereka berdua sama-sama
diam.
Fildzah : Tapi Papa bercerai sama Mama.
Yang aku tau, bercerai itu artinya berpisah. Buktinya aku tinggal sama Papa
sekarang. Ketemu Mama seminggu sekali.
Chacha : Berpisah itu sedih?
Fildzah : Sedih. Mungkin. Soalnya aku
pernah liat Papa nangis sendirian. Aku datangi Papa buat tanya kenapa. tapi
Papa usap air matanya. Mungkin malu.
Chacha : Kalau buat perempuan, berpisah itu
sedih?!
Fildzah : Sedih. Mungkin. Soalnya aku
pernah liat Mama nangis sendirian. Tapi beda sama Papa, Mama nangis sambil
peluk aku. Mungkin Mama butuh temen buat nangis. Biar nggak nangis sendirian. Dan itu berarti kalau orang yang sama-sama mencintai berpisah, mereka akan nangis. Sedih
Chacha : Itu berarti perempuan dan
laki-laki itu beda? Laki-laki itu sok tegar. Kalau perempuan lebih apa adanya.
Fildzah : Aku nggak ngerti. Aku hanya
berkata apa yang aku lihat. tapi mungkin iya. Papa nggak mau terlihat lemah.
Papa itu laki-laki. Dan mama hanya ingin memperlihatkan kelembutannya. Walau
dalam tangisan.
Chacha : kamu tau banyak.
Fildzah : Aku hanya berkata apa yang aku
lihat. Kan aku udah bilang.
Chacha : jadi, nanti kalau udah gede, kita
pilih siapa?
Fildzah : kamu cantik dulu aja. Nanti aku
pilih kamu!
Chacha diam. Berfikir. Mereka sama-sama
tertawa. Tawa yang tulus dan jujur. Khas anak-anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar