Rabu, 24 April 2013

Cinta di Masa Kecil


Chacha : Nanti aku kalo udah gede mau nikah. Sama laki-laki yang ganteng, pinter, kaya, baik.

Fildzah : Ih, sempurna. Mana ada laki-laki kayak gitu. Laki-laki gitu tuh cuma aku. Berarti kamu mau nikah ama aku, dong?!

Chacha : Masa? Emang kamu baik? emang kamu ganteng? kamu kaya?

Fildzah : Iya. Suatu hari nanti aku pasti seperti itu. Makanya kamu tetep disini sama aku. Biar pas aku ganteng nanti, kaya nanti, baik nanti, kamu nggak rugi.

Chacha : Emang rugi kenapa? Aku nggak suka sama kamu!

Fildzah : iya sekarang mungkin nggak. Nanti-nanti kan siapa yang tau?!

Chacha : Emang apa yang kamu tau tentang cinta? Kita sama-sama anak berumur tujuh taun.

Fildzah : Nggak tau. Tapi yang aku tau, aku harus jadi laki-laki kaya, laki-laki baik, dan yang pasti ganteng.

Chacha : Biar aku suka sama kamu ya, nanti? Itu kan yang aku sebutin barusan. Berarti kamu mau jadi apa yang aku mau. Ya, kan? Hahaha

Fildzah diam

Fildzah : Nggak ko. Aku bahkan nggak ngerti apa-apa. Nggak tau apa itu suka. Apalagi cinta. 

Chacha : terus tadi apa?!

Fildzah : Hm, nggak. Aku hanya mencontoh Papa. Papa baik, Ayah seorang yang selalu berusaha untuk mempunyai apa yang harus kita miliki, pinter lagi. Papa juga tampan. Lihat saja aku. Aku ganteng kayak Papa, kan?

Chacha : Berarti aku bakalan suka sama Papa kamu, dong?!

Fildzah : Kenapa?

Chacha :Karena apa yang aku ingin ada di Papa kamu.

Fildzah : Ya jangan dong!

Chacha : Kenapa?

Fildzah : Papa milik Mama. Kita nggak boleh ambil apa yang sudah milik orang lain.

Chacha : Oh. berarti kamu harus jadi seperti Papa kamu. Biar nanti kalo aku udah gede, aku sukanya sama kamu Fild.

Fildzah : Milik kita diambil orang itu menyakitkan. Robot-robotan aku yang Bondan ambil waktu itu juga, aku sedih. Apalagi manusia yang direbut.

Chacha : Gitu ya.

Chacha mengangguk. Mereka berdua sama-sama diam.

Fildzah : Tapi Papa bercerai sama Mama. Yang aku tau, bercerai itu artinya berpisah. Buktinya aku tinggal sama Papa sekarang. Ketemu Mama seminggu sekali.

Chacha : Berpisah itu sedih?

Fildzah : Sedih. Mungkin. Soalnya aku pernah liat Papa nangis sendirian. Aku datangi Papa buat tanya kenapa. tapi Papa usap air matanya. Mungkin malu.

Chacha : Kalau buat perempuan, berpisah itu sedih?!

Fildzah : Sedih. Mungkin. Soalnya aku pernah liat Mama nangis sendirian. Tapi beda sama Papa, Mama nangis sambil peluk aku. Mungkin Mama butuh temen buat nangis. Biar nggak nangis sendirian. Dan itu berarti kalau orang yang sama-sama mencintai berpisah, mereka akan nangis. Sedih

Chacha : Itu berarti perempuan dan laki-laki itu beda? Laki-laki itu sok tegar. Kalau perempuan lebih apa adanya.

Fildzah : Aku nggak ngerti. Aku hanya berkata apa yang aku lihat. tapi mungkin iya. Papa nggak mau terlihat lemah. Papa itu laki-laki. Dan mama hanya ingin memperlihatkan kelembutannya. Walau dalam tangisan.

Chacha : kamu tau banyak.

Fildzah : Aku hanya berkata apa yang aku lihat. Kan aku udah bilang.

Chacha : jadi, nanti kalau udah gede, kita pilih siapa?

Fildzah : kamu cantik dulu aja. Nanti aku pilih kamu!

Chacha diam. Berfikir. Mereka sama-sama tertawa. Tawa yang tulus dan jujur. Khas anak-anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar